Catatan Besar, Pemuda Muhammadiyah dan Kepentingan Pragmatis
LUWU UTARA, MBNEWS.CO.ID - Kalau sebelumnya saya biasa menulis dengan catatan kecil, kali ini saya menulis catatan Besar untuk Pemuda Muhammadiyah sebagai refleksi bagi Pemuda Muhammadiyah dalam mengarungi lautan arus digitalisasi saat ini dan Catatan Besar ini sebagai kado Muktamar Pemuda Muhammadiyah.
Tidak lama lagi Pemuda Muhammadiyah akan menghelat kegiatan besar empat tahunan ini, tentu ini yang sangat dinantikan oleh semua aktivis Pemuda Muhammadiyah seluruh Indonesia. Pemuda Muhammadiyah akan menghelat Muktamar pada 21-24 Februari 2023 lima hari kedepan. dengan mengangkat tema yang fundamental yaitu, Pemuda Negarawan, Harmoni Memajukan Bangsa.
Tema yang sangat menarik bagi saya bahwa pemuda itu identik kecepatan bergerak, mampu berpikir maju dengan semangat yang tinggi terhadap proses pembangunan bangsa. Dengan pemudalah bangsa Indonesia akan maju dengan daya juang yang tinggi.
Satu hal, di dalam Alquran telah jelas bagaimana kisah Pemuda dalam surah Al-Kahfi diceritakan tentang tujuh orang pemuda yang menghadap kepada penguasa saat itu untuk diberikan peringatan untuk beriman kepada Allah SWT.
Harapan kita semua sama yaitu Pemuda Muhammadiyah hadir untuk menjadi pengingat bagi pemimpin dalam hal ini pemerintah untuk selalu menegakkan marwah bangsa dengan selalu memperhatikan kemaslahatan rakyatnya dan tidak mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Maka peran Pemuda Muhammadiyah sangat dinantikan sebagai lokomotif perubahan untuk masa depan yang lebih cerah dan mencerahkan.
Menurut Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam bukunya "Indonesia Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa" mengatakan bahwa pemimpin sebenarnya bukan penguasa, meski di dalamnya terkandung aspek kekuasaan. Kekuasaan hanya bagian dari fungsi kepemimpinan. Ibarat kepala dari tubuh, pemimpin sangat penting peranannya, sebagai penentu hitam dan putihnya umat atau masyarakat atau bangsa. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak berfungsi, maka yang dipimpin pun akan kehilangan arah seperti anak ayam kehilangan induknya.
Kader-kader Pemuda Muhammadiyah yang akan memilih Calon Ketua dalam muktamar nantinya tentu harus memilih yang memang betul-betul memikirkan Pemuda Muhammadiyah tanpa ada tendensi politik di dalamnya. Sebab, ini sebuah hal yang harus menjadi perhatian bagi kader Pemuda Muhammadiyah kedepannya. Calon Ketua salah satu kriterianya adalah mampu membawa pemuda Muhammadiyah menjadi organisasi otonom Muhammadiyah yang independensinya mampu dipertanggungjawabkan dihadapan publik.
Bahkan dalam rekomendasi Munas Tarjih ke-26 salah satu poin pentingnya adalah menyerukan seluruh komponen masyarakat untuk mengartikulasikan kegiatan politik secara etis dalam memperjuangkan kebenaran. Bukan semata-mata memperjuangkan kepentingan politik sesaat. Mengamanahkan kepada Majelis Tarjih dan PPI untuk mempersiapkan dan mengkaji Fiqh Siyasah sebagai rujukan warga Muhammadiyah dan bangsa Indonesia pada umumnya dalam bidang politik.
Sedangkan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dalam bidang kehidupan berbangsa dan bernegara menyebutkan bahwa warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh apatis (masa bodoh) dalam kehidupan politik melalui berbagai saluran secara positif sebagai wujud bermuamalah sebagaimana dalam bidang kehidupan lain dengan prinsip-prinsip etika/akhlak Islam dengan sebaik-baiknya dengan tujuan membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Selain itu, beberapa prinsip dalam berpolitik harus ditegakkan dengan sejujur-jujurnya dan bersungguh-sungguh yaitu menunaikan amanat dan tidak boleh menghianati amanat, menegakkan keadilan, hukum dan kebenaran.
Dengan demikian, Pemuda Muhammadiyah melakukan langkah strategisnya dengan memperhatikan bahwa Pemuda Muhammadiyah sebagai warga Muhammadiyah untuk menunjukkan eksistensinya dengan tetap memperhatikan etika politiknya jangan sampai Pemuda Muhammadiyah dijadikan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan jabatan-jabatan tertentu di dalam pemerintahan.
Calon Ketua Pemuda Muhammadiyah dalam Muktamar nantinya harus lebih awal memperbaiki niatnya untuk menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah. Sebab niat ini yang akan menentukan seperti apa Pemuda Muhammadiyah kedepannya. Jangan sampai Calon Ketua Pemuda Muhammadiyah seperti kata pepatah ikan busuk dimulai dari kepala, runtuhnya Pemuda Muhammadiyah dimulai dari ketuanya (pimpinan atau pemimpinnya).
Dalam buku Refleksi Satu Abad Muhammadiyah yang ditulis oleh Aktivis Muhammadiyah Bengkulu, dalam pengantar Zuly Qodir mengatakan bahwa Muhammadiyah diperhadapkan dengan dua sisi dari Globalisasi. Apakah Muhammadiyah sanggup bertahan dan "bersiasat" dengan globalisasi? Semuanya terletak pada para pemimpin dan figur-figur yang akan memimpin Muhammadiyah di perjalan satu abad kedepannya.
Jika para pemimpin Muhammadiyah di abad kedua mampu "bersiasat" dengan globalisasi maka akan selamatlah Muhammadiyah. Namun jika para pemimpin Muhammadiyah"gagal bersiasat" dengan ganasnya globalisasi, maka Muhammadiyah tidak akan banyak berperan dalam tarian globalisasi yang dalam beberapa segi menggiurkan, tetapi sekaligus pula mematikan.
In sebuah instrumen kuat kepada Calon Ketua Pemuda Muhammadiyah dalam Muktamar 5 hari kedepan. Untuk mampu bersiasat dengan globalisasi politik yang ada saat ini. Pemuda Muhammadiyah harus menjadi poros dalam rangka menegakkan amar makruf nahi mungkar dikalangan Pemuda untuk menunjukkan eksistensinya.
Pemuda Muhammadiyah harus senantiasa mengingatkan kepada Pemerintah untuk Berkuasa dengan Benarini sebuah instrumen kuat bagi Pemuda Muhammadiyah untuk menunjukkan bahwa Pemuda Muhammadiyah mampu untuk menunjukkan amar makruf nahi mungkar dan tidak memiliki tendensi kepentingan pragmatis.